Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Wuling Air EV 2022 Haga dan Spesifikasi Lengkapnya

 


Rasanya sewaktu Wuling Air ev meluncur, banyak yang bertanya apakah mobil ini bisa dipakai dengan nyaman di Indonesia. Mungkin karena bentuknya yang agak aneh di mata orang Indonesia, tetapi di Tiongkok, mobil seukuran Air ev sangat populer terutama di perkotaan. Selain kecil sehingga lincah dan mudah diparkir, Air ev kabarnya mudah dipakai di perkotaan.

Untungnya Wuling Motors Indonesia mengizinkan saya mencoba Wuling mengelilingi Jakarta. Dari bentuk Air ev memang futuristik, dengan LED strip bar dan logo Wulling illuminated, sejujurnya saya lebih suka desain Mini EV Macaron yang dipamerkan di GIIAS 2021, tetapi lagi-lagi ini kembali ke selera. Satu lagi desain Air ev yang agak nyentrik adalah kaca samping belakang panjang, mengingatkan saya akan Karimun. 

Masuk ke dalam, saya cukup kaget karena Air ev tidak sesempit yang saya kira. Posisi duduknya sendiri agak tegap dan sayangnya posisi sabuk pengaman agak jauh dari jok sehingga agak sulit dijangkau. Pandangan ke depan luas dan dashboard yang datar tidak mengganggu. Mungkin yang agak disayangkan joknya tidak memiliki height adjuster, tetapi setirnya sudah tilt steering. 

Akses ke jok belakang tidak terlalu sulit karena ada gap yang cukup luas, plus jok depan bisa dimajukan dan diturunkan. Saya pun muat duduk di belakang dengan jok dimundurkan penuh, meski bukan posisi ternyaman tetapi kaki tidak tertekuk penuh, jok belakang lebih pas untuk anak kecil saja. Headroom sangat luas baik bagian depan dan belakang. 

Efek kaca besar di jok belakang juga terasa seperti pesawat terbang. Tetapi perlu diingat jok Air ev tidak terlalu nyaman saat perjalanan jauh, memang dari awal Air ev ditujukan untuk perkotaan. Ketika jok belakang berdiri, bagasi mobil sangat minim, sehingga jika ingin membawa barang baiknya jok belakang dilipat rata. 

Terdapat beberapa tempat penyimpanan seperti pada door trim dan konsol tengah. Terdapat cup holder di dashboard, tepatnya di depan lubang AC sehingga berfungsi sebagai pendingin. Terakhir terdapat glove box di bagian bawah sisi penumpang dan bagian bawah dashboard juga terdapat dua slot USB dan key holder. 

Satu lagi yang menarik perhatian adalah penempatan tombol power window di bagian tengah tepat di antara knop transmisi dan electronic parking brake. Bagi saya yang memiliki badan cukup besar, paha saya mengganggu akses ke bagian ini, tetapi untuk tubuh rata-rata harusnya tidak masalah meski cukup rapat. Satu lagi yang saya kurang suka yaitu posisi tuas rem tangan dan power window yang dekat, jika tidak memperhatikan kita bisa salah tarik. 

Untuk hiburan kita dapat mengakses layar touchscreen 10,25 inci yang terbagi untuk infotainment dan cluster. Suara yang dihasilkan 4 speaker yang semuanya di bagian depan cukup bagus diluar ekspektasi mobil kecil, sayangnya penumpang di belakang hampir tidak terdengar. Kita bisa mengatur beberapa fungsi infotainment melalui tombol di setir juga. 

Seperti kakaknya Cortez atau Almaz, Air ev dilengkapi dengan sistem voice recognition WIND berbahasa Indonesia, sistem ini bekerja dengan menyebut “Halo Wuling” atau menekan tombol di setir. Kemudian terdapat sistem IoV yaitu Wuling Remote Control App yang memungkinkan kita membuka kunci, menyalakan AC dan melihat posisi mobil melalui smartphone. 

Kini saatnya mengendarai Air ev, dengan motor listrik tunggal di bagian belakang dan baterai 26,7 kWh. Air ev mampu menghasilkan tenaga 40 hp dan torsi 110 Nm yang disalurkan transmisi single reduction gear menuju roda belakang. Terdapat tiga mode berkendara yaitu Eco, Normal dan Sport. 

Pada jalur arteri Pondok Indah saya mencoba mode normal, akselerasi Air ev sendiri tidak terlalu menyentak seperti kebanyakan mobil listrik. Penyaluran tenaganya juga halus sehingga mudah dikendalikan. Saya pun kemudian mencoba mode Eco yang menghemat baterai, hasilnya profil akselerasi jadi lembut, mode ini rasanya lebih cocok untuk macet merayap atau memang sedang menyetir santai dengan kecepatan rendah. 

Satu lagi yang cukup kaget dari Air ev adalah bantingan suspensi independen MacPherson strut di depan dan 3 link di belakang yang sangat empuk, belum lagi dipadu kesenyapan mobil listrik dan kabin yang cukup kedap untuk mobil kecil sehingga Air ev terasa nyaman. Setir mobil juga ringan dan feedback ke roda cukup jelas, sehingga melakukan manuver menjadi lebih mudah, singkatnya mobil ini cocok untuk Ibu-ibu atau kaum muda yang baru belajar menyetir karena mudah dikendalikan. 

Kemudian mobil diarahkan menuju PIK yang berarti memasuki jalan tol, disini saya ingin menjawab pertanyaan netizen apakah Air ev bisa dipakai di jalan tol, terutama jika berhadapan dengan truk. Dengan lajur lurus pun saya juga ingin mencoba mode Sport milik Air ev, hasilnya? Akselerasi mobil menjadi lebih galak dan memudahkan untuk menyalip. 

Sayangnya mengakses mode ini harus melalui layar infotainment, padahal mode Sport berguna saat menyalip, ketika selesai cukup pindah ke normal. Saya pun coba menggeber Air ev, di atas kertas Air ev bisa melaju hingga 100 km/jam. Tetapi saya bisa menembus angka itu, tetapi dengan satu catatan, body mobil cukup limbung pada kecepatan itu. 

Kemungkinan karena ban mobil yang kecil yaitu 12 inci dan ban profil 154/70R12 plus wheelbase pendek. Karena itu menurut saya kecepatan yang masih aman dan nyaman berada di 80 km/jam. Air ev sendiri memiliki limiter yang bisa diatur melalui layar infotainment dan bisa dipilih sesuai dengan keinginan pengemudi. 

Akhirnya saya mencoba berjalan di tol disebelah truk dan menurut saya Air ev cukup rigid dan tidak beda jauh dengan mobil kecil lainnya. Sayangnya efek dari suspensi lembut membuat handling pada kecepatan tinggi kurang bagus, memang Air ev yang ditujukan untuk perkotaan bukan untuk kecepatan tinggi. 

Pada jalanan tol saya juga mencoba performa rem cakram di keempat roda plus sistem ABS dan EBD Air ev yang sangat pakem, hanya sedikit sentuhan di pedal dan mobil langsung merespon. Air ev juga dilengkapi dengan electronic parking brake dan automatic vehicle holing, artinya jika pedal rem ditekan dalam maka rem tangan menyala dan akan mati ketika mobil digas, sangat berguna di kemacetan. 

Satu lagi fitur yang cukup berguna adalah Hill Hold Control yang menahan mobil saat menanjak. Fitur safety Air ev juga tergolong mumpuni dengan dua airbag di depan. Saat saya sampai di PIK dan ingin parkir juga dipermudah dengan kamera mundur plus body mobil yang kecil dan setir yang ringan. 

Lalu bagaimana dengan jarak? Untuk versi Long Range mampu melaju hingga 300 km. Total saya menghabiskan daya 27% untuk jarak sekitar 62 km, perlu dicatat ini termasuk pedal gas digeber penuh dan juga kondisi seperti tes pengereman. Air ev menggunakan socket charger GB/T yang sayangnya berbeda dengan SPKLU di Indonesia. 

Tetapi Wuling membekali Air ev dengan charger mobile yang bisa langsung dipasang pada soket rumah. Menurut klaim Wuling, dibutuhkan waktu hingga 8,5 jam untuk mengecas penuh. Jika ingin lebih cepat terdapat opsi wall charging 6.6 kW yang bisa dipasang dirumah dan memangkas waktu charging menjadi 4 jam saja, sekedar catatan harga wall charging ini mencapai Rp 16 juta. 

Tentunya tidak lengkap membicarakan mobil listrik tanpa menyebut harga. Untuk versi Long Range, Wuling membanderolnya dengan harga Rp 295 juta on the road Jakarta. Terdapat juga versi Standard Range dengan jarak tempuh 200 km/jam dengan harga Rp 238 juta, tetapi perlu dicatat versi ini memiliki fitur lebih sedikit, seperti tanpa layar infotainment, stability control, electronic parking brake, electric mirror, keyless entry, kemampuan IoV dan bahkan rem yang hanya cakram di depan. 

Setiap pembelian Air ev sudah termasuk garansi 8 tahun atau 120 ribu km untuk baterai dan motor listrik dengan garansi keseluruhan mobil 3 tahun atau 100 ribu km. Mobil listrik memang mahal di awal, tetapi secara long term lebih murah dibanding mobil biasa, contoh karena mobil listrik perawatan lebih sederhana. Wuling menyebut servis 5.000 km hanya memakan biaya Rp 345 ribu termasuk jasa, sedangkan servis 10.000 km hanya Rp 240 ribu saja. 

Belum lagi biaya tahunan untuk listrik hanya sepersekian biaya bahan bakar. Terakhir ada keuntungan bagi Air ev di kota seperti Jakarta karena mobil listrik bebas dari kebijakan ganjil genap. Semakin memperkuat posisi Air ev sebagai kendaraan perkotaan baik untuk kegiatan sehari-hari Ibu rumah tangga seperti menjemput anak, transportasi pekerja kantor maupun penunjang mobilitas anak muda. 

Jadi bagaimana pendapat saya tentang Air ev, harus diakui Air ev bukan untuk semua orang. Air ev lebih pas di perkotaan atau paling banter hingga kota satelit. Mobilnya nyaman dan mudah digunakan, tetapi jangan coba mengebut atau berlaga bak pembalap. Fiturnya cukup banyak, sesuai dengan harga yang dibayarkan. Harga mobil yang mahal mungkin baru akan terasa pada pemakaian jangka panjang menghitung biaya listrik dan perawatan. Sayangnya tipe charging Wuling yang berbeda agak mengganggu meski bukan masalah utama.

Source : Ifan Ramadhana

Posting Komentar untuk "Review Wuling Air EV 2022 Haga dan Spesifikasi Lengkapnya"