Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Pada mesin pembakaran dalam atau bisa disebut juga dengan internal combustion engine yang berbahan bakar bensin menggunakan pengapian yang dibantu dengan percikan bunga api listrik dari busi. Busi memercikkan bunga api listrik sesuai dengan urutan pengapiannya, standarnya yaitu 1-3-4-2 untuk mesin dengan spesifikasi 4 silinder. Masing-masing silinder juga terdapat satu busi.
Percikkan bunga api listrik dari busi, akan membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompressikan oleh piston. Busi memercikkan api listrik pada akhir langkah kompresi di ruang silinder. Maka, akan meledakan campuran udara dan bahan bakar, lalu diteruskan oleh piston diubah menjadi tenaga. Tenaga tersebut disalurkan ke poros engkol lalu ke roda untuk final drive-nya.
Pada kendaraan-kendaraan lama seperti kijang, masih menggunakan sistem pengapian platina untuk pengapiannya. Di era industri 4.0 ini, sistem pengapian konvensional sudah bisa dibilang tertinggal, namun masih banyak kendaraan-kendaraan di Indonesia yang berlalu lalang di jalanan aspal masih banyak yang menggunakan sistem pengapian konvensional.
Lalu bagaimana sih cara kerja sistem pengapian konvensional?
Nah, pada artikel kali ini mimin akan membahas tentang cara kerja sistem pengapian konvensional. Walaupun secara umum, sistem pengapian mobil dibagi menjadi 2 yaitu sistem pengapian konvensional dan elektrik.
CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
1. Saat Platina Masih Tertutup
Saat platina masih tertutup, arus listrik dari positif baterai mengalir melewati fuse kemudian lanjut melalui kunci kontak IG. Dari kunci kontak ON, arus akan melewati eksternal resistor kemudian masuk ke terminal positif koil, lalu arus akan melewati terminal negatif koil, dilanjutkan arus akan melalui platina lewat kontak point dan kemudian ke masa. Pada kejadian ini, inti koil yang merupakan baja besi akan menjadi magnet. Karena inti koil dililit dengan kumparan primer dan sekunder, maka dalam koil akan terjadi siklus yang namanya induksi diri. Induksi diri ini mengubah tegangan baterai 12-volt menjadi tegangan 10 kilo volt. Akan tetapi tegangan 10 kilo volt tidak mampu melewati kabel tegangan tinggi koil, sehingga arus tegangan hasil induksi diri koil akan ditranfer ke masa melalui terminal negatif koil ke platina kemudian ke ground.
Nah, untuk lebih jelasnya simak gambar berikut, dan cermatilah.
2. Saat Platina Mulai Membuka
Saat platina mulai membuka, maka induksi diri pada koil akan langsung terhenti, karena terputusnya arus diplatina. Sisa arus yang ada pada platina akan diserap dan disimpan sementara oleh komponen yang bernama kondensor. Akibatnya, akan terjadi induksi tegangan tinggi di koil. Arus tegangan tinggi di koil terjadi karena inti besi di koil sudah tidak ada kemagnetan sehingga arus kumparan primer akan ber-induksi dengan kumparan sekunder. Hasil induksi tegangan tinggi mengubah tegangan 12-volt baterai menjadi tegangan tinggi 25 kilo volt, tegangan tersebut mampu melewati kabel tegangan tinggi koil lalu arus tegangan tinggi akan di distribusikan oleh distributor sesuai dengan firing order (FO) pada mesin. dari distributor arus akan dikirimkan ke busi melalui kabel busi, kemudian busi akan memercikkan bunga api listrik dan meledakkan campuran udara serta bahan bakar pada akhir langkah kompressi diruang bakar, hasil ledakan akan diubah menjadi tenaga. Tenaga tersebut akan diteruskan ke final drive yaitu roda, hasilnya mampu menggerakkan kendaraan melaju ke depan.
Agar kalian lebih paham, simak gambar di bawah ini. Gambar di bawah merupakan gambar saat platina mulai membuka.
Bagaimana listrik tegangan tinggi menjadi percikan api?
Mungkin beberapa dari anda ada yang masih bingung, output sistem pengapian itu hanya listrik bertegangan tinggi. Tapi mengapa sampai diujung busi, bentuknya berubah menjadi percikan api?
Percikan api pada ujung busi tersebut sebenarnya wujud dari elektron yang loncat dari elektroda busi (kutub positif) ke ground (kutub negatif), memang elektron ini tidak terlihat tapi kalau tegangannya sangat tinggi maka elektron mampu loncat pada celah sempit.
apabila anda mendekatkan sumber arus (tegangan tinggi misal 220 V) pada masa, maka sebelum sumber arus tersebut menempel akan ada pecikan. Konstruksi busi pun demikian, dimana ada celah antara elektroda dan masa. Sehingga ketika ada listrik bertegangan tinggi pada elektoda busi, percikan api dapat terbentuk.
Timming pengapian
Percikkan bunga api dipengaruhi oleh waktu pengapiannya, sehingga hasil tenaga yang didapatkan akan maksimal. Waktu pengapian yang tepat akan terjadi di akhir langkah kompressi 8 derajat sampai 5 derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA). Jika pengapian terlalu awal atau terlalu maju, maka akan terjadi knocking atau ketukkan. Knocking adalah suara ngitik pada mesin, hal ini akan menyebabkan mesin kurang bertenaga. Kemudian jika pengapian pada busi terlalu mundur atau terlalu lambat artinya piston sudah melewati TMA, busi baru memercikkan bunga api, akibatnya mesin juga kurang bertenaga, hal ini juga menyebabkan mesin boros bahan bakar. Sehingga sangat penting sekali dan perlu diperhatikan waktu pengapian mesin agar performa dari mesin kendaraan kalian top cerrr dan bertenaga serta irit bahan bakar.
Demikian, merupakan materi yang menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara kerja sistem pengapian konvensional pada mobil bensin. Maka, dapat disimpulkan:
- Busi memercikkan bunga api kurang baik jika koil pengapian mengalami masalah, sehingga mesin sulit dihidupkan.
- Bunga api pada busi kurang maksimal jika celah platina terlalu lebar atau sempit.
- Bunga api pada busi kurang maksimal jika kondensor mengalami masalah atau rusak.
- Percikkan bunga api juga sangat dipengaruhi oleh timming pengapian.
- Percikkan bunga api listrik pada busi dengan waktu pengapian yang tepat akan menghasilkan tenaga yang maksimal dan irit bahan bakar.
Posting Komentar untuk "Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional"